Sabtu, 09 Januari 2016

KARYA SASTRA BALAI PUSTAKA

 
KARYA SASTRA BALAI PUSTAKA

A.    Kerakteristik Balai Pustaka
1.      Sebagian besar sastra angkatan Balai Pustaka mengambil tema masalah kawin paksa
(Menurut masyarakat perkawinan itu urusan orang tua, pihak orang tua berkuasa sepenuhnya untuk menjodohkan anaknya).
2.      Latar belakang sosial sastra angkatan Balai Pustaka berupa pertentanga paham
antara kaum muda dengan kaum tua. Kita bisa mengambil contoh novel Salah Asuhan, Si Cebol Rindukan Bulan, yang memiliki kecenderungan simpati kepada yang lama, bahwa yang baru tidak semuanya membawa kebaikan.
3.      Unsur nasionalitas pada sastra Balai Pustaka belum jelas. Pelaku-pelaku novel angkatan Balai Pustaka masih mencerminkan kehidupan tokoh-tokoh yang berasal dari daerah-daerah.
4.      Peristiwa yang diceritakan saesuai dengan realitas kehidupan masyarakat.
5.      Analisis psikologis pelakunya belum dilukiskan secara mendalam.
6.      Sastra Balai Pustaka merupakan sastra bertendes dan bersifat didaktis yaitu lebih cenderung pada sesuatu khususnya mengenai permasalahan diatas sehingga terlihat seolah-olah karyanya hanya itu-itu saja atau monoton.
7.      Bahasa sastra Balai Pustaka adalah bahasa Indonesia pada masa permulaan perkembangan yang pada masa itu disebut bahasa melayu umum.
8.      Genre sastra Balai Pustaka berbentuk novel, sedangkan puisinya masih berupa pantun dan syair.

 
Pengarang dan karya sastra Angkatan Balai Pustaka
1.      Merari Siregar
Azab dan Sengsara: kissah kehidoepan seorang gadis (1921)
Binasa kerna gadis Priangan! (1931)
Tjinta dan Hawa Nafsu
2.      Marah Roesli
Siti Nurbaya
3.      La Hami
Anak dan Kemenakan
4.      Nur Sutan Iskandar
Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan
Hulubalang Raja (1961)
Karena Mentua (1978)
Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
5.      Abdul Muis
Pertemuan Djodoh (1964)
Salah Asuhan
Surapati (1950)
6.      Tulis Sutan Sati
Sengsara Membawa Nikmat (1928)
Tak Disangka
Tak Membalas Guna
Memutuskan Pertalian (1978)
7.      Aman Datuk Madjoindo
Menebus Dosa (1964)
Si Tjebol Rindoekan Boelan (1934)
Sampaikan Salamku Kepadanya
8.      Suman Hs.
Kasih Ta’ Terlarai (1961)
Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
Pertjobaan Setia (1940)
9.      Adinegoro
Darah Muda
Asmara Jaya
10.  Sutan Takdir Alisjahbana
Tak Putus Dirundung Malang
Dian jang Tak Kundjung Padam (1948)
Anak Perawan Di Sarang Penjamun (1963)
11.  Hamka
Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1957)
Tuan Direktur (1950)
Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
12.  Anak Agung Pandji Tisna
Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1975)
Sukreni Gadis Bali (1965)
I Swasta Setahun di Bedahulu (1966)
13.  Said Daeng Muntu
Pembalasan
Karena Kerendahan Boedi (1941)
14.  Marius Ramis Dayoh
Pahlawan Minahasa (1957)
Putra Budiman: Tjeritera Minahasa (1951)











Azab dan Sengsara (Merari Siregar; 1920)




Tokoh utama dalam novel ini bernama Mariamin. Diawali oleh asal usul kehidupan bapaknya yang manja dan terbiasa berfoya-foya, Mariamin lahir di tengah keluarga miskin (sebab bapaknya senang menghabiskan uang dengan berjudi). Mariamin pun menjadi anak yang selalu mendapatkan ejekan dari warga kampung akibat perangai buruk si bapak. Menjelang remaja Mariamin pacaran dengan Aminuddin, seorang pemuda dari keluarga kaya. Aminuddin sampai berjanji bahwa mereka akan menikah setelah ia mendapatkan pekerjaan.
Bapak Aminuddin tentu saja tidak merestui hubungan mereka. Dengan banyak rekayasa, akhirnya si bapak berhasil memisahkan putranya dari si gadis miskin. Aminuddin pun menikah dengan gadis berada, sedangkan Mariamin dinikahi oleh seorang lelaki Medan bernama Kasibun yang ternyata tidak bisa berlaku lembut terhadap istrinya. Bosan diperlakukan kasar, Mariamin minta diceraikan dan melaporkan Kasibun pada polisi. Pasca perceraian, Mariamin tetaplah hancur hatinya sebab tak ada lagi yang bisa ia harapkan hingga ia pun meninggal dunia.





















Sengsara Membawa Nikmat (Tulis St. Sati; 1929)




Emak-emak zaman dulu pasti familiar dengan judul ini. Memang, kisah hidup si Midun yang penuh liku ini pernah diangkat ke layar kaca. Midun adalah pemuda Minang, hidup sederhana dengan sifat terpuji dan bekal ilmu silat yang mahir sehingga disenangi oleh orang-orang di kampungnya. Tokoh antagonis di fiksi ini, Kacak, iri padanya hingga menghalalkan berbagai macam cara untuk menghancurkan Midun. Hidup si Midun pun diwarnai banyak ujian. Ia beberapa kali pernah masuk penjara. Namun, lagi-lagi Midun disenangi oleh orang-orang di penjara.
Kebaikan Midun yang tak terbatas membawanya pada titik balik kehidupannya. Ia bertemu Halimah, gadis cantik yang tengah mencari ayah kandungnya di Bogor yang akhirnya ia nikahi. Dalam usaha pun Midun menjadi seorang yang sukses dan dipercaya di Medan. Tak disangka, ia bertemu dengan adiknya, Manjau. Manjau bercerita banyak tentang keluarga mereka di kampung. Merasa sedih, Midun meminta pindah tugas ke kampung halamannya. Finally, Midun and the family live happily ever after ^^.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar