KARYA
SASTRA BALAI PUSTAKA
A. Kerakteristik
Balai Pustaka
1.
Sebagian
besar sastra angkatan Balai Pustaka mengambil tema masalah kawin paksa
(Menurut masyarakat perkawinan itu urusan orang tua,
pihak orang tua berkuasa sepenuhnya untuk menjodohkan anaknya).
2.
Latar
belakang sosial sastra angkatan Balai Pustaka berupa pertentanga paham
antara kaum muda dengan kaum tua. Kita bisa mengambil
contoh novel Salah Asuhan, Si Cebol Rindukan Bulan, yang memiliki kecenderungan
simpati kepada yang lama, bahwa yang baru tidak semuanya membawa kebaikan.
3.
Unsur
nasionalitas pada sastra Balai Pustaka belum jelas. Pelaku-pelaku novel
angkatan Balai Pustaka masih mencerminkan kehidupan tokoh-tokoh yang berasal
dari daerah-daerah.
4.
Peristiwa
yang diceritakan saesuai dengan realitas kehidupan masyarakat.
5.
Analisis
psikologis pelakunya belum dilukiskan secara mendalam.
6.
Sastra Balai
Pustaka merupakan sastra bertendes dan bersifat didaktis yaitu lebih cenderung
pada sesuatu khususnya mengenai permasalahan diatas sehingga terlihat
seolah-olah karyanya hanya itu-itu saja atau monoton.
7.
Bahasa
sastra Balai Pustaka adalah bahasa Indonesia pada masa permulaan perkembangan
yang pada masa itu disebut bahasa melayu umum.
8.
Genre sastra
Balai Pustaka berbentuk novel, sedangkan puisinya masih berupa pantun dan
syair.
Pengarang
dan karya sastra Angkatan Balai Pustaka
1.
Merari Siregar
Azab dan Sengsara: kissah kehidoepan seorang
gadis (1921)
Binasa kerna gadis Priangan! (1931)
Tjinta dan Hawa Nafsu
2.
Marah Roesli
Siti Nurbaya
3.
La Hami
Anak dan Kemenakan
4.
Nur Sutan Iskandar
Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan
Hulubalang Raja (1961)
Karena Mentua (1978)
Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
5.
Abdul Muis
Pertemuan Djodoh (1964)
Salah Asuhan
Surapati (1950)
6.
Tulis Sutan Sati
Sengsara Membawa Nikmat (1928)
Tak Disangka
Tak Membalas Guna
Memutuskan Pertalian (1978)
7.
Aman Datuk Madjoindo
Menebus Dosa (1964)
Si Tjebol Rindoekan Boelan (1934)
Sampaikan Salamku Kepadanya
8.
Suman Hs.
Kasih Ta’ Terlarai (1961)
Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
Pertjobaan Setia (1940)
9.
Adinegoro
Darah Muda
Asmara Jaya
10. Sutan
Takdir Alisjahbana
Tak Putus Dirundung Malang
Dian jang Tak Kundjung Padam (1948)
Anak Perawan Di Sarang Penjamun (1963)
11. Hamka
Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1957)
Tuan Direktur (1950)
Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
12. Anak
Agung Pandji Tisna
Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1975)
Sukreni Gadis Bali (1965)
I Swasta Setahun di Bedahulu (1966)
13. Said
Daeng Muntu
Pembalasan
Karena Kerendahan Boedi (1941)
14. Marius
Ramis Dayoh
Pahlawan Minahasa (1957)
Putra Budiman: Tjeritera Minahasa (1951)
Azab dan
Sengsara (Merari Siregar; 1920)
Tokoh utama dalam novel ini bernama Mariamin. Diawali
oleh asal usul kehidupan bapaknya yang manja dan terbiasa berfoya-foya,
Mariamin lahir di tengah keluarga miskin (sebab bapaknya senang menghabiskan
uang dengan berjudi). Mariamin pun menjadi anak yang selalu mendapatkan ejekan
dari warga kampung akibat perangai buruk si bapak. Menjelang remaja Mariamin
pacaran dengan Aminuddin, seorang pemuda dari keluarga kaya. Aminuddin sampai
berjanji bahwa mereka akan menikah setelah ia mendapatkan pekerjaan.
Bapak Aminuddin tentu saja tidak merestui hubungan
mereka. Dengan banyak rekayasa, akhirnya si bapak berhasil memisahkan putranya
dari si gadis miskin. Aminuddin pun menikah dengan gadis berada, sedangkan
Mariamin dinikahi oleh seorang lelaki Medan bernama Kasibun yang ternyata tidak
bisa berlaku lembut terhadap istrinya. Bosan diperlakukan kasar, Mariamin minta
diceraikan dan melaporkan Kasibun pada polisi. Pasca perceraian, Mariamin
tetaplah hancur hatinya sebab tak ada lagi yang bisa ia harapkan hingga ia pun
meninggal dunia.
Sengsara
Membawa Nikmat (Tulis St. Sati; 1929)
Emak-emak zaman dulu pasti familiar dengan judul ini.
Memang, kisah hidup si Midun yang penuh liku ini pernah diangkat ke layar kaca.
Midun adalah pemuda Minang, hidup sederhana dengan sifat terpuji dan bekal ilmu
silat yang mahir sehingga disenangi oleh orang-orang di kampungnya. Tokoh
antagonis di fiksi ini, Kacak, iri padanya hingga menghalalkan berbagai macam
cara untuk menghancurkan Midun. Hidup si Midun pun diwarnai banyak ujian. Ia
beberapa kali pernah masuk penjara. Namun, lagi-lagi Midun disenangi oleh
orang-orang di penjara.
Kebaikan Midun yang tak terbatas membawanya pada titik
balik kehidupannya. Ia bertemu Halimah, gadis cantik yang tengah mencari ayah
kandungnya di Bogor yang akhirnya ia nikahi. Dalam usaha pun Midun menjadi
seorang yang sukses dan dipercaya di Medan. Tak disangka, ia bertemu dengan
adiknya, Manjau. Manjau bercerita banyak tentang keluarga mereka di kampung.
Merasa sedih, Midun meminta pindah tugas ke kampung halamannya. Finally,
Midun and the family live happily ever after ^^.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar